Paket Reformasi Ala Neolib Bantuan Untuk Krisis Ekonomi 1998
Menjalani aktivitas
sebagai dagang menjadikan saya merasa penasaran dalam mempelajari ilmu ekonomi
secara lebih lanjut walaupun di kampus Jurusan yang saya ambil bukan berkaitan
dengan bidang ekonomi melainkan pendidikan dan keguruan, hal tersebut tidak
membuat saya malas untuk belajar ilmu-ilmu yang lain.
Krisis ekonomi 1998
mengantarkan Indonesia pada keterpurukan ekonomi yang mengharuskan Indonesia
untuk meminta bantuan pinjaman luar negeri yang digunakan untuk menutup defisit
anggaran belanja agar tidak jebol. Hal ini dilakukan pada masa presiden
Soeharto menjelang lengser jabatannya.
Krisis ekonomi yang
terjadi sejak juli 1997 disusul dengan demonstrasi mahasiswa yang menuntut
reformasi total. Pembangunan ekonomi yang hanya mengejar laju pertumbuhan tak
mampu menopang fondasi perekonomian Indonesia. Faktor ekonomi yang
diandalkannya selama 30 tahun untuk meraih dukungan masyarakat tidak lagi
ampuh, ditambah dengan penyakit kronis korupsi, kolusi dan nepotisme yang
membuat presiden Soeharto kehilangan daya sama sekali.
Puncaknya
neoliberalisme di Indonesia menjelang tumbangnya rezim orde baru, kesepakatan
dengan IMF terpaksa dilakukan pemerintah dan kondisi saat itu rupiah terus
melemah bahkan merosot yang mengakibatkan perekonomian nyaris ambruk.
Pergerakan dolar bergerak pada kisaran 16 ribu rupiah/dolar. Ekonomi Indonesia
yang pernah dikagumi lantaran mencapai pertumbuhan 6-7 % pun rapuh jeblok jadi
0 % pertahun.
Kesepakatan dengan IMF membuat Indonesia sulit
bergerak. IMF tak hanya mengatur Indonesia dengan sektor keuangan dan
perbankan, melainkan juga ikut mengatur atau mencampuri urusan lingkungan
ekspor, fiskal, perdagangan luar negeri bahkan tata niaga dan setiap tindakan
dituangkan dalam Letter of Intent. Hal
itulah yang menjadi syarat munculnya kucuran bantuan dana IMF.
Kemudian kerjasama
dengan lembaga keuangan Internasional berlangsung hingga saat ini dan heboh
neoliberalisme mencuat kembali setelah Prof. Dr. Boediono dipilih menjadi wakil
presiden Republik Indonesia, ia sering dikaitkan tergantungnya Indonesia dalam
cengkraman kapitalis global. Privatisasi BUMN paling banyak dikritik sebagai
kebjikan neolib yang tidak berpihak kepada rakyat. Penjualan saham BUMN
dipandang sebagai penjualan bumi, tanah dan air Nusantara kepada pihak asing.
Selain itu neolib identik dengan penghabisan subsidi yang menimbulkan dampak
langsung bagi masyarakat miskin.
Setelah krisis
ekonomi 1998 memang telah membuat Indonesia semakin terintegrasi ke pasar
global. IMF memaksakan paket reformasi ala neolib sebaqgi syarat pengucuran
bantuan sebesar US$ 43 Miliar untuk menanggulangi krisis Indonesia. Penerapan
sistem pasar bebas dan privatisasi BUMN adalah syarat mutlak yang ditekankan
oleh kebijakan IMF.
Comments
Post a Comment