Aku Bersembunyi dalam Kertas Part-2
“Congrat
ya Ver… Akhirnya elu minggat juga dari kampus hahaha” celetuk Laras.
“Makasi
ya sayang…” jawabku sambil tertawa.
Wisuda
seperti impian luar biasa bagi kebanyakan mahasiswa. Bagiku tidak. Menurutku
wisuda adalah tahap akhir biasa yang akan dihadapi oleh setiap mahasiswa.
Nothing special. Tapi aku bersyukur bisa menyelesaikan program S1 kurang dari
empat tahun dengan IPK cumlaud. Thank God!
Orang
tua, sahabat dan orang-orang terdekat mengucapkan “selamat” dan berpelukan.
Tidak sedikit yang membawakan hadiah sebagai rasa empati. Di tengah keramaian,
tiba-tiba teringat kejadian dua tahun lalu. Dia apa kabar ? Apa dia udah balik ? Apa dia baik-baik aja ? dan
masih banyak lagi pertanyaan yang ingin ku tanyakan padanya. Sejak saat itu kami
tidak pernah berhubungan sampai sekarang. Kebetulan contactnya hilang.
Keluar
dari auditorium, seseorang dengan paras tinggi dan beralis tebal mengucapkan
selamat. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas karena mukanya tertutup oleh
masker hijau toska.
“Hey
salamat ya Vera… Semoga apa yang sudah dipelajari bisa bermanfaat bagi diri sendiri
dan semua orang ya” ucapnya dengan mata agak tertutup karena senyum.
“Ehhh
iy-iyaa makasih ya…” responku gagap.
Aku
benar-benar tidak bisa menebak siapa dia. Mungkin aku mulai pikun. Banyak yang
mengenal tapi tidak semua ku kenal. Laki-laki itu pergi lalu melambaikan
tangan. Bingung kenapa bisa nervous
gini.
“Eh
lu kenape Ver? bengong mulu kek kesambet mak lampir lu hahahaha” teriak Mira.
“Mending
lu cicip ini dulu deh. Enak banget tauu, Akhirnya dapet juga setelah sekian
lama nyari grrrhh” gumamnya dengan mulut
penuh makanan.
Si
Mira memang culinary hunter. Dia tau semua jenis makanan. Mulai dari lokal
hingga international. Enggak heran kalo berat badannya enggak turun-turun.
Punya impian jadi langsing tapi ekspektasi terhalang hobi. But she is the one of my bestie!
Andaikan
Kak Gibran disini pasti aku bakal seneng banget. Ucapan selamat dan senyum
manisnya selalu kunantikan bertahun-tahun. Ini sudah di batas kata rindu. Berharap
dia pulang dengan sukses dan tidak melupakan semuanya. Terlepas dia sudah punya
ikatan dengan orang lain atau tidak, aku tetap mempersiapkan diri. Kalau
ternyata “iya”, cukup kusimpan rasa dalam kertas putih.
“Ma
balik yuk. Panas banget…”
“Eh
jeng aku balik duluan ya. Anakku udah enggak betah hehehe” pamitnya sambil
cupika-cupiki.
“Kamu
kenapa sayang ? Anak mama kok cemberut mulu kayak jemuran kusut”
“hahahaha
iih tuh kan Vera gk jadi cemberut… Mama sih…”
“Ayo
cerita ke Mama kamu ada masalah apa. Siapa tau mama bisa banting eh bantu maksudnya”
“Hmmm
gk ada kok Ma. Vera cuma enggak mood gara-gara sumpek di ruang auditorium tadi”
“Oalaah
kirain lagi laper. Yaudah ngadem di rumah yuk”
Aku
hanya mengangguk lalu ikut Mama pulang.
Toga
dan semua aksesoris wisuda kulepas begitu saja di atas meja. Ku lempar diri ke
atas kasur. Mengingat kembali mata sipit itu lagi. Berkhayal ia tiba-tiba
datang lalu memeluk erat jemariku dengan tangan hangatnya. Tapi itu mungkin
tidak akan pernah terjadi. Atau mungkin ia sudah lupa ? Who knows!
“Ting-Tung…
Ting-Tung…” bel rumah berbunyi beberapa kali.
“Lisa…
minta tolong bukain pintunya dong sayang”
“iya
ma… bentar…”
“Eh
ternyata elu Nov… Gue kira siapa tadi… masuk dulu gih”
“hehehe
iyaa… makasi Lis”
“Mau
minum apa Nov ? Biar gue buatin. Mumpung gue lagi berhati malaikat haha”
“Air
putih aja deh. Gk usah repot-repot hehehe”
“Jauh-jauh
kesini cuma minum air putih ? hahaha tapi enggak apa-apa deh. Itung-itung buat
kesehatan ye. Okedeh tunggu bentar gue ambilin dulu”
Tumpukan
kertas bergambar sketsa wajah itu begitu menggoda. Tangan dan mata selalu ingin
bernostalgia. Tidak ada cara lain untuk melepas rindu selain memandang gambar-gambar
di dalam laci. Setiap sudut wajahnya sudah ku ukir dengan hati-hati. Obat rindu
paling ampuh menjelang tidur.
Photo : Pxhere.com
Besar brarti kertasnya ya bang, bs d pakai sembunyi, ukuran apa kira2???
ReplyDeleteUkurannya bakal aku kasi Tau di cerita selanjutnya om 😁
DeleteNulis cerpen juga yaa, ciee!!
ReplyDeleteKadang kak. Hihi
Delete